KITA SEMUA ADALAH PARA PENGELANA
Hadirin kaum muslimin yang semoga senantiasa dirahmati olehNya.
Masing-masing kita sedang merasakan kehidupan dunia, masing-masing kita berusaha agar hidup ini terasa bermakna. Tetapi manusia berbeda-beda dalam mendefinisikan hidup yang bermakna. Sebagian mereka berpikir bahwa hidup terasa bermakna dengan kesuksesan meraih segala ambisi duniawi dan anggapan seperti ini adalah tipuan setan. Sebagian yang lain berpikir bahwa hidup akan terasa bermakna dengan mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat dengan amalan-amalan saleh dan inilah persepsi hidup yang benar.
Orang-orang yang sibuk dengan amalan saleh untuk bekal menuju perjalanan akhirat mengerti apa sebenarnya hakekat hidup di dunia ini dan mereka selalu teringat dengan satu tugas kehidupan yang sangat agung: beribadah kepada Allah dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka melakukan peribadatan kepadaKu.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Hamba-hamba Allah yang betul-betul paham akan tugas mulia yang dibebankan oleh Allah akan merasa bahwa kehidupan dunia adalah fana dan mereka berpikir panjang tentang akhirat. Dan hal inilah yang jauh-jauh hari telah diingatkan oleh rasul kita, Muhammad shallallahu ‘alaih wa sallam, agar jangan sampai kita terlena dan tertipu dengan kehidupan dunia, sehingga lalai dari beribadah kepada Sang Pencipta dan berleha-leha untuk mempersiapkan bekal kehidupan akhirat. Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam pernah memegang pundak Abdullah bin Umar seraya berkata,
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing, atau seseorang yang sedang melewati sebuah jalan”
Dan Abdullah bin Umar pernah berkata,
“Jika engkau berada di sore hari, maka janganlah menanti datangnya waktu pagi. Dan jika engkau berada di pagi hari, maka janganlah menanti datangnya waktu sore. Manfaatkanlah waktu sehatmu untuk menghadapi sakitmu. Dan manfaatkanlah masa hidupmu untuk kematianmu.”
Nasihat emas kita dapati dari dua insan mulia, agar kita merasa sebagai seorang asing di dunia ini yang hanya mengembara di negeri yang pasti akan ditinggalkan, sehingga kita betul-betul memanfaatkan kesempatan hidup, waktu, umur dan segala kemampuan yang kita miliki hanya untuk mengerjakan amalan-amalan saleh dan ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah dan rasulNya sebagai bekal berharga untuk kehidupan kekal nanti di akhirat.
Marilah kita bangun dari tidur lelap nan panjang ini, dari kelalaian untuk mengingat Allah, dari kemalasan mengerjakan ibadah dan perbuatan-perbuatan baik. Marilah bersegera kita bertobat memohon ampunan kepada Allah. Kita lari dari segala hal yang diharamkan oleh Al Quran dan As Sunnah. Kita hengkang dari kesyirikan, kebidahan, dosa, dan maksiat. Sebab dunia ini hanyalah tempat kita berkelana diatas waktu yang sangat singkat.
Hamba-hamba Allah yang bertakwa akan merasa bahwa dunia adalah negeri cobaan dan fitnah. Dunia adalah satu kampung yang penuh kehinaan, fitnah wanita, fitnah harta, fitnah kedudukan dan kerendahaan yang lainnya. Adapun para hamba Allah yang durhaka, akan merasa bahwa dunia ini adalah surga untuk mereka. Dunia adalah kampung kenikmatan dan kelezatan menurut anggapan mereka.
Pahamilah dengan benar bahwa dunia ini hanyalah sementara, hendaklah masing-masing kita menjadi orang yang telah diumpamakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Hibban dari Abdullah bin Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam pernah bersabda,
“Apa urusanku dengan dunia? Perumpamaanku dan dunia ini hanyalah seperti seorang pengembara yang berjalan di siang hari yang terik, lalu berteduh di bawah pohon beberapa saat karena panas, kemudian pergi meninggalkan pohon tersebut.”
Inilah hakikat kehdiupan dunia, wahai hamba-hamba Allah.
Nasihat lain yang kita dapatkan, agar kita betul-betul menggunakan kesempatan yang ada untuk sibuk mengumpulkan amalan-amalan saleh yang hasilnya akan kita petik di akhirat kelak. Jika kita berada di waktu sore, janganlah kita menunggu waktu pagi, tetapi hendaklah kita habiskan waktu sore itu dengan melakukan amalan-amalan ibadah kepada Allah, dengan shalat, shaum, shadaqah, berbuat baik pada orang tua, bertutur kata yang sopan, tilawah Al Quran, menuntut ilmu agama dan amal lain yang benar menurut syariat.
Begitu pula ketika kita berada di waktu pagi. Janganlah kita menunggu sore, tetapi hendaklah kita habiskan waktu pagi tersebut dengan mengerjakan amal saleh. Seorang penyair berkata,
“Segala yang kita lewati telah berlalu, sedangkan yang akan terjadi nanti kita tidak mengetahuinya, kita hanya memiliki waktu yang sedang dirasakan sekarang“
Orang yang berakal pasti akan memanfaatkan waktu yang dimiliki dengan hal-hal yang berguna untuk akhirat dan dunianya. Memahami jati diri kita sebagai “pengelana” di kehidupan dunia yang harus mementingkan akhirat bukan maknanya kita harus meninggalkan perkara duniawi secara keseluruhan. Bukan maksudnya kita tidak boleh menikah, tidak boleh makan, tidak boleh tidur. Tetapi makna yang benar adalah kita hanya mengambil yang halal dari dunia ini yang bisa membantu dan mendukung kita untuk menunaikan tugas agung kita: beribadah kepada Allah di atas aturannya. Dan kita tanamkan dalam diri ini bahwa cita-cita, angan-angan, dan mimpi kita adalah kenikmatan yang kekal di akhirat kelak: surga Allah.
Tidak mudah bagi kita meraih surgaNya. Untuk sampai ke sana. Banyak onak duri dan rintangan yang menghadang. Oleh karena itu, bersabarlah dalam menghadapi nafsu-syahwat dan berilmulah agar terhindar dari kebodohan serta kerancuan dalam masalah agama. Allah berfirman,
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
“Maka siapa saja yang mengharap bertemu dengan Rabbnya, maka kerjakanlah amal saleh dan jangan sekali-kali berbuat syirik kepadaNya.” (QS. Al Kahfi: 110)
Wallahu a’lam, walhamdulillahi Robbil ‘alamin.
0 komentar:
Posting Komentar